• 001

    Pelantikan Satuan Tugas Nasional Gerakan Keluarga Maslahah Nahdlatul Ulama.
  • 002

    Pengurus / Koordinator Satgas Nasional GKMNU.
  • 003

    H. Yaqut Qoulil Qoumas - Koordinator Satgas Nasional GKMNU.
  • 004

    Dokumentasi Rapat Satgas Nasional GKMNU.
  • 005

    Dalam Tahap Pengembangan.

Jumat, 30 Juni 2023

Satgas GKMNU sampai Level Kecamatan, Ketum PBNU: Pengabdian NU Harus Bersifat Inklusif


Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa agenda pekerjaan yang akan dikerjakan dalam Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) akan dilakukan secara inklusif. Artinya, akan melibatkan keluarga dan anggotanya hingga di luar NU.
 
“Ke depan, visi tentang khidmah kita adalah bersifat inklusif. Kita ingin khidmat NU melalui program-program ini ditujukan kepada semua orang, bukan cuma untuk orang yang kita anggap NU saja. Siapa saja yang mau harus kita layani,” kata Gus Yahya dalam Safari Sosialisasi GKMNU untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah di Solo, Sabtu (10/6/2023).
 
Gus Yahya menyontohkan pengabdian inklusif yang pernah dilakukan PBNU dan membawa manfaat bagi masyarakat luas seperti vaksinasi Covid-19. Peserta vaksin yang datang pada waktu itu tidak hanya warga NU namun dari semua kalangan.
 
“Artinya, kalau kita mampu memapankan pola khidmat inklusif seperti ini, akan bagus sekali dan besar dampaknya,” jelasnya.
 
Pengabdian inklusif seperti ini, kata Gus Yahya merupakan langkah paling tepat untuk memberikan pelayanan pada umat manusia secara luas. Sebab menurutnya, pelayanan dan pengabdian masyarakat merupakan salah satu tujuan utama pendirian Perkumpulan Nahdlatul Ulama.
 
Para kiai pendiri NU, kata Gus Yahya, tidak hanya memiliki tradisi menjaga ilmu pengetahuan (riayatul ilmu) yang dilakukan dengan mengaji dan mengajarkan ilmu pengetahuan di dalam institusi pendidikan seperti pesantren.
 
Namun lebih dari itu, para ulama terdahulu memiliki kultur melayani dan menghidupi masyarakat, yang oleh Gus Yahya disebut sebagai kultur ke-kiai-an.
 
“Kiai kita bergaul dengan umat sehingga kenal satu dengan yang lain. Dulunya kiai betul-betul menggunakan sebagian besar waktunya. Di luar waktu mengajar, dihabiskan melayani umat, seperti melayani tamu dengan berbagai hajatnya. Nah, inilah yang akan kita lakukan untuk melanjutkan tradisi ke-kiai-an dalam melayani masyarakat,” ujar Gus Yahya.
 
Safari GKMNU
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melanjutkan safari sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah.
 
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari sosialisasi GKMNU yang digelar secara maraton setelah Jawa Timur pada Rabu (7/6/2023) dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat (9/6/2023).
 
Sebagaimana di dua lokasi sebelumnya, kegiatan sosialisasi di Jawa Tengah ini juga menjelaskan sejumlah hal penting tentang GKMNU, termasuk landasan filosofisnya, lingkup pekerjaannya, hingga struktur yang akan dibentuk di setiap provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga kader di tingkat desa.
Sosialisasi ini juga ditujukan untuk mempercepat pembentukan struktur GKMNU di level provinsi, kabupaten/kota, dan seterusnya. Harapannya, percepatan pembentukan struktur ini akan mempercepat pengerjaan program-program yang berjumlah tidak sedikit. Setidaknya, terdapat sejumlah jenis kegiatan yang berkaitan dengan keluarga mulai dari bimbingan keluarga, bimbingan remaja, penguatan ekonomi keluarga, penurunan stunting, lingkungan hidup dan program lain.
 
Jenis-jenis program tersebut akan dikerjasamakan dengan berbagai kementerian dan lembaga serta pihak swasta.
 
Struktur Satgas
Untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan yang sedemikian besar, PBNU membentuk satuan tugas bernama Satuan Tugas GKMNU mulai dari level nasional, provinsi, kota kabupaten, kecamatan, hingga kader level desa.
 
Tugas dari GKMNU ini adalah membantu pengurus NU di berbagai level untuk menjalankan kerja pelayanan umat ini.
 
Ketua Satgas Nasional GKMNU, H Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Gerakan Keluarga Maslahat memiliki urgensi yang sangat tinggi atas pembangunan peradaban.
 
Pertama, karena pembangunan keluarga merupakan pondasi penting terhadap pembangunan peradaban umat manusia. Menurutnya, perbaikan kualitas kehidupan di dalam keluarga yang masif diyakini dapat berdampak pada perbaikan yang lebih luas hingga level peradaban manusia.
 
Kedua, dengan masifnya program yang dikerjakan oleh GKMNU ini, Gus Yaqut meyakini akan menambah nyata kebermanfaatan organisasi NU di tengah warganya dan masyarakat lebih luas.
 
“Kegiatan-kegiatan ini harus dipastikan kemanfaatannya. Output, outcome dan dampaknya harus terukur. Kemanfaatannya harus dirasakan langsung oleh keluarga. Bahkan, kata Ketum PBNU, kalau kemanfaatan kegiatan ini tidak bisa dirasakan keluarga, maka sebagai pengurus NU kita gagal,” kata Gus Yaqut.
 
Program di dalam GKMNU menurutnya akan sangat banyak jenis dan jumlahnya. Selain itu, pekerjaan di bawah GKMNU akan melibatkan berbagai patner kerja seperti Kementerian Agama, Kementerian BUMN, Kementerian UMKM, Kementerian Kesehatan, dan kementerian/lembaga lain, serta pihak swasta.
 
Hadir dalam sosialisasi GKMNU di Solo, Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, Hj Alissa Wahid dan H Ishfah Abidal Aziz yang merupakan Wakil Ketua Satgas Nasional.
 
Secara keseluruhan, kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh 120 peserta yang terdiri pimpinan Pengurus Wilayah NU, Pengurus Cabang NU dan pimpinan sejumlah badan otonom seperti Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU dan IPPNU se-wilayah Jawa Tengah, serta pimpinan Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PWNU Jawa Tengah.
 
 
Sumber : nu.or.id

Senin, 12 Juni 2023

Kasatgas Gus Yaqut Jelaskan Pentingnya GKMNU


Ketua Satgas Nasional Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) menjelaskan, GKMNU merupakan langkah yang besar PBNU dalam membangun peradaban yang lebih baik. Hal ini disampaikan Gus Yaqut dalam kegiatan Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) untuk wilayah Provinsi Jawa Timur di Surabaya pada Rabu (7/6/2023).

"Saya diperintah Ketum PBNU untuk memastikan kehadiran NU agar berkontribusi bagi peradaban manusia. Bermakna bagi peradaban manusia harus dimulai dari membangun keluarga. Sehingga muncul Gerakan Keluarga Maslahat ini," ujar Gus Yaqut.

Menteri Agama RI ini juga menjelaskan, GKMNU akan mengorkestrasi kegiatan-kegiatan di bawah PBNU yang berbasis keluarga. Jenis kegiatan berbasis keluarga itu sendiri, lanjutnya, akan banyak bentuknya, mulai dari kegiatan yang dikerjasamakan dengan kementerian dan lembaga pemerintah maupun dengan pihak swasta. 

Kegiatan-kegiatan tersebut, pada akhirnya akan berujung pada perubahan mental pengurus dan warga NU. "Akan ada banyak sekali jenis kegiatan yang dikerjasamakan dengan berbagai kementerian dan lembaga serta pihak swasta. Sekarang kerja sama dengan Kemenag, Kementerian UMKM, Kemenkes, dan kementerian lain yang arahnya ditujukan kepada keluarga. Kelak, kegiatan ini semua terkait dengan sikap mental kita di NU,” ujar Gus Yaqut.

Ketum Gerakan Pemuda Ansor ini juga mengatakan, bahwa terselenggaranya kegiatan-kegiatan ini sangat bergantung pada etos kerja pengurus GKMNU yang akan diberi amanah dalam menjalankan rangkaian kegiatan yang panjang tersebut. Karena jumlah kegiatan yang banyak dan dalam skala besar maka diperlukan etos kerja yang besar dalam menjalankan kegiatan yang bersifat maraton ini.

Oleh karena itu, lanjutnya, Satgas GKMNU akan membentuk kepengurusan dan struktur dari level provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, hingga kader di tingkat desa untuk memastikan perjalanan kegiatan. "Program ini harus bisa dicek output dan outcome-nya. Bukan asal melaksanakan kegiatan saja, tapi harus bisa diukur dampaknya kepada masyarakat NU," tambahnya. 

Gus Yaqut mengatakan, keberadaan struktur GKMNU sangat penting untuk menjalankan kegiatan-kegiatan ini, sebab walaupun NU memiliki struktur yang sudah ada dari pusat hingga desa yakni PBNU, PWNU, PCNU MWCNU hingga Ranting, namun belum pernah terbukti berhasil mengerjakan pekerjaan secara sistematis dalam level nasional. 
 
"Apakah kegiatan-kegiatan ini memungkinkan dikerjakan? Sangat mungkin, karena NU dari pusat sampai daerah. Namun apakah kita terbiasa mengerjakan pekerjaan dari atas sampai bawah itu? Belum tentu. Ini lah kenapa satgas menjadi penting. Sehingga program sampai kepada elemen terpenting yakni keluarga," jelasnya.

Pembentukan struktur ini, lanjut Gus Yaqut akan melibatkan kader terbaik NU di berbagai wilayah dan berbagai tingkatan, sehingga struktur GKMNU ini dapat berkolaborasi dengan kepengurusan NU di wilayah tersebut.

Di samping itu, Satgas GKMNU juga memiliki tugas penting untuk menjadi elemen kinetik yang menjalankan organisasi. "Organisasi NU juga harus bekerja. Tidak boleh hanya aktif ketemu dengan ketika momentum tertentu saja. Karena pada prinsipnya NU ada untuk melayani. Nah ini salah satu tugas satgas ini juga," lanjutnya.

Dengan demikian diharapkan, terjadi kerja-kerja pelayanan terhadap warga NU yang dilakukan oleh pengurus. Sehingga keberadaan pengurus NU dapat dirasakan oleh masyarakat NU di level keluarga. 

Secara bersamaan, Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf berharap kegiatan yang secara berantai dan bersamaan yang dilaksanakan oleh PBNU melalui GKMNU, dapat menggerakkan NU secara koheren. "Jadi gerakan yang dilakukan oleh cabang NU di Malang, Sumenep dan cabang lain berjalan untuk satu tujuan yang sama," kata Gus Yahya. 

Gus Yahya berharap GKMNU dapat menghadirkan peran NU dalam melakukan kerja Ri’ayatul Ummah sebagaimana yang dilakukan oleh para pendiri atau muassis NU saat membentuk NU satu abad lalu. 

Kegiatan Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKM-NU) meliputi sosialisasi gambaran kerja GKMNU, satuan tugas nasional GKMNU, pengorganisasian GKMNU dan rencana kerja GKMNU. Selain agenda sosialisasi tersebut, terdapat pula arahan pembentukan satuan tugas wilayah dan cabang NU. 

Kegiatan ini menghadirkan lebih dari 100 peserta yang terdiri pimpinan Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dan Badan Otonom Ansor, yakni Muslimat, Fatayat, IPNU dan IPPNU se-wilayah Jawa Timur, serta pimpinan Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LKK) PWNU Jawa Timur. 

Selain Gus Yahya dan Gus Yaqut, nampak pula sejumlah pengurus PBNU dan PWNU Jawa Timur juga hadir, antara lain: Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, Waketum PBNU H Amin Said Husni, Ketua PBNU Hj Alissa Wahid, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Anwar Mansur, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. 
 
 
Sumber : NU.OR.ID

Sabtu, 10 Juni 2023

Gus Yahya: GKMNU adalah Gerakan Pengabdian NU pada Umat


Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar kegiatan sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) untuk wilayah Provinsi Jawa Timur di Surabaya pada Rabu (7/6/2023). Agenda kegiatan ini meliputi sosialisasi gambaran kerja GKMNU, satuan tugas nasional GKMNU, pengorganisasian GKMNU dan rencana kerja GKMNU. Selain agenda sosialisasi tersebut, terdapat pula arahan pembentukan satuan tugas wilayah dan cabang NU. 


Kegiatan ini menghadirkan lebih dari 100 peserta yang terdiri pimpinan Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dan Badan Otonom Ansor, yakni Muslimat, Fatayat, IPNU dan IPPNU se-wilayah Jawa Timur, serta pimpinan Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LKK) PWNU Jawa Timur. 


Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjelaskan bahwa program ini memiliki skala kerja yang besar. Gerakan ini, jelas Gus Yahya, akan dikerjakan dengan berbagai stakeholder baik dari instansi pemerintahan (public sector) seperti kementerian dan lembaga, maupun dengan institusi swasta (private sector).

 


“Seperti Program Ketahanan Keluarga kerja sama Kemenag saat ini, hanyalah sebagian dari kerja besar GKMNU. Nanti akan ada program lainnya yang dikerjasamakan dengan kementerian dan lembaga pemerintah dan juga dengan pihak swasta,” jelas Gus Yahya dalam sambutannya di Surabaya. 


Ia menjelaskan, program yang dikelola oleh GKMNU memiliki sejumlah dimensi seperti pendidikan, kesehatan, wirausaha, dan seterusnya. Sehingga partner program dari GKMNU akan sangat beragam mulai dari Kemenag, Kementerian UMKM, Kemenkes, dan kementerian lain yang relevan terhadap GKMNU.


Tujuan dari program tersebut adalah untuk menghadirkan manfaat keberadaan organisasi di tengah warganya. “Semua (program) itu, kita salurkan dalam koridor GKMNU, untuk menciptakan dampak nyata dalam hidup nyata masyarakat Nahdliyin,” jelas Gus Yahya. 


Butuh struktur kerja 

Namun demikian, lanjut Gus Yahya keseluruhan program ini memiliki prasyarat yakni terbentuknya struktur kerja yang masif dari pengurus NU di level pusat hingga struktur NU di level paling bawah. Sebab hanya dengan itulah program yang demikian banyak dengan skala nasional dapat berjalan sehingga dirasakan kemanfaatannya dalam masyarakat NU. 


Sementara GKMNU ini sendiri hanya salah satu kegiatan dari satu paket agenda PBNU dengan tujuan dan sasaran spesifik lain. Di samping GKMNU ini ada agenda verifikasi dan aligasi pengurus di MWCNU dan ranting. Ada juga program kaderisasi PBNU. Ini semua akan bersentuhan dengan kepengurusan NU di level ranting. 


Sehingga, GKMNU akan membentuk struktur mulai dari level pusat, wilayah, cabang, dan MWCNU. Struktur ini akan dibentuk, lanjut Gus Yahya, untuk memastikan kerja program berjalan dengan baik. 


Dalam perjalanannya, Gus Yahya meyakini bahwa program yang digerakkan GKMNU dini juga akan menjadikan kerja-kerja NU di level cabang lebih koheren dan berkesinambungan. Karena hanya dengan itu, gerakan besar NU akan secara simultan dirasakan masyarakat NU. 


Sebagai perumpamaan, Gus Yahya menyontohkan kerja organisasi seperti kerja sebuah mesin yang memerlukan cara kerja yang bersamaan dan kekompakan.

 

“Organisasi ini kalau diumpamakan sebagai mesin, kita harus lihat ulang. Apakah karburatornya ini nyambung dengan tanki atau ndak, sehingga bisa bekerja secara bersamaan atau tidak. Dan lalu ke mana mesin ini bergerak?" jelas Gus Yahya.


Desain program, struktur kerja yang diperlukan, serta visi beras GKMNU ini merupakan ikhtiar Gus Yahya dalam melakukan refleksi mendalam atas cita-cita para pendiri atau muassis Nahdlatul Ulama dalam membentuk NU pada satu abad lalu.


“Ini semua hasil dari upaya kita untuk melakukan penyelaman terhadap cara berpikir para muassis NU untuk bisa memahami kenapa beliau-beliau mendirikan NU. Apa yang menjadi pemikiran para muassis NU? Kita semua bertanggung jawab atas cita-cita muassis. Dan saat ini, keberhasilan cita-cita tersebut tergantung pada sejauh mana ikhtiar-ikhtiar kita untuk mengerjakan cita-cita muassis,” pungkasnya.


Selain Gus Yahya, nampak sejumlah pengurus PBNU dan PWNU Jawa Timur juga hadir, antara lain Sekjen PBNU H Saifullah Yusuf, Waketum PBNU H Amin Said Husni, Ketua PBNU Hj Alissa Wahid, Kasatgas GKMNU Yaqut Cholil Qoumas, Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Anwar Mansur, Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

 

 

Sumber : NU.OR.ID